Bau tempe mendoan
Sudah beberapa hari saya tidak mengejar kereta di Abbey Wood. Sudah beberapa hari pula saya tidak menghirup aroma kopi dan roti bakar di kedai-kedai kecil di Charing Cross Station. Sampai pertengahan Februari saya ada di rumah, menghabiskan cuti tahun lalu yang belum sempat terambil.
Jadwal baru saya adalah bangun pukul 07.30 pagi. Di London, di musim dingin seperti ini, jam-jam segitu tergolong masih gelap. Matahari biasanya muncul sekitar jam 07.45-an. Kirana bangun lebih awal. Biasanya jam 07.00 dia sudah bangun.
"Ritual" selanjutnya adalah mengganti baju Kirana, bikin susu hangat (dicampur Nesquik rasa pisang atau strawberry), dan bikin toast dengan olesan cokat dan peanut butter. Ini adalah sarapan Kirana. Setelah itu mengantar Kirana ke nursery, mampir ke Safeway membeli kebutuhan dapur dan koran.
Jam 09.10 sampai kembali di rumah, sarapan, baca koran, memberesi dapur, ruang tamu dan mengecek email. Rani sudah turun ke bawah, dan duduk di sofa di ruang tamu. Bila dia tidak melakukan sesuatu, saya langsung paham, pusingnya pasti sedang parah. Soalnya, bila badannya enak, ia akan berada di dapur dan bikin sesuatu. Seperti kemarin. Dia bikin martabak ayam dan sayur asem.
Hari ini, ia tidak masak dan hanya minta dibuatkan telur ceplok. Kalau itu, minta berapa kalipun tak masalah. Yang jadi masalah adalah kalau tiba-tiba ia minta tempe mendoan ala Purwokerto. Seperti yang baru saja ia katakan beberapa menit yang lalu. "Ayah, kok mummy mencium ada bau goreng-gorengan Purwokerto, ya? Mummy mencium ada bau mendoan lho....," kata Rani.
No comments:
Post a Comment