Friday, May 28, 2004

Jalan-jalan 1


Sebenarnya saya tak ada rencana khusus untuk melewatkan cuti seminggu kali ini. Awal pekan, agenda terisi dengan mengurus visa dan menemani teman dari Indonesia yang datang berkunjung. Hari Selasa juga masih disibukkan dengan urusan tetek bengek visa.

Selasa sore, telepon di ruang tamu berdering dan sang penelpon memberitahu soal hotel. Ia meminta saya datang ke kantor dan mengirim fax detail pembayaran. "Bagaimana kalau saya datang Kamis sore saja?" tawar saya dan ia langsung mengiyakan.

Kamis, setelah menjemput Kirana, saya ke central London. Rencananya, saya hanya sebentar saja di kantor dan setelah itu jalan-jalan. Tomi, teman baik kami, juga berencana ke central. Bertemulah kami di Trafalgar Square, sebuah area di jantung kota, dengan monumen yang tegak menantang angkasa. Ia dikelilingi empat ekor singa raksasa dan dua kolam air.


Di atas tugu, berdiri seorang admiral yang tatapannya tepat mengarah ke Big Ben.

Di sini, Kirana main sepuasnya. Bergaya di bibir kolam, mengejar burung-burung merpati liar, dan main petak umpet dengan Tomi.

Di sini kami makan siang, berbekal sandwich buatan Rani. Puas di Trafalgar Square, kami naik bus merah menuju Kengsington Garden. Kami tiba di sini sekitar pukul 16.00 sore, tetapi matahari memancar seperti pukul 14.00 siang.

Di park ini, Kirana bermain kejar-kejaran, makan crisp, dan meneruskan petak umpet. Tak terasa, waktu beranjak petang dan kami harus pulang. Sesampai di rumah, Kirana minta makan, mandi, dan tak lama kemudian ia pengin tidur.

Ia tidur pulas sekali.

Wednesday, May 26, 2004

Kirana dan "kamar barunya"

Sebenarnya tidak baru, memang kamar Kirana sejak kami pindah ke rumah ini. Tetapi, kemarin Ayah dan Mummy lagi rajin beres-beres.

Setelah sukses membuang tiga kardus besar barang-barang yang tidak berguna (sebagian besar punya Ayah) kami beralih beberes di kamar Kirana. Tempat tidur dipindah letaknya, rak buku yang berhasil di kosongkan dari sampah Ayah dipindah ke kamar Kirana. Untuk rumah boneka Kirana yang besar-besar (kado dari tante Dian, teman kantor Ayah) yang tidak bisa masuk ke toy box Kirana.


Oh ya, kelambu ala princess yang beberapa waktu lalu di copot, gara-gara sering ditarik-tarik Kirana kecil hingga jatuh, kini terpasang lagi dengan cantiknya. Kirana yang sudah lupa punya kelambu begitu senang menyambutnya. "Wowww, my bed is so beautifull!, thank you Ayah, thank you Mummy".

Tetapi malam harinya kelambu itu kembali jatuh, karena pakunya belum kuat. Kirana sudah terlelap dan saya memutuskan untuk memasangnya kembali besok. Dini hari Kirana terbangun dan menangis menjerit-jerit. Mummy mendatangi kamarnya, ternyata Kirana marah karena kelambunya copot. Setelah dibujuk-bujuk, Kirana kembali tidur.

"Kenapa tadi tidak dibenerin sekalian. Aku bilang juga apa pasti Kirana marah", kata Mummy menggerutu. "Siapa juga yang beride memasang lagi kelambu itu in the first place. Toh Kirana juga sudah lupa punya kelambu," kata saya dalam hati, sambil pura-pura tidur.

Tuesday, May 25, 2004

Bandara

Bermula dari sebuah pesan pendek yang masuk ke hp saya sepekan silam. "Ilo yg baik. Saya tiba di London besok, 23 Mei. Naik British Airways 549 dari Roma pkl 13.35. Saya nggak tahu brp lama penerbangan Roma-London. Nah, kl Ilo bisa ke bandara, saya sangat senang. Tx. Sender : +6281132xxxx."

Karena belum jelas kapan dan di terminal mana kawan saya akan mendarat, saya membuka heathrow online. Ternyata di situs ini lengkap sekali. Berdasarkan informasi di halaman depan situs tersebut, kawan saya ini tiba pukul 15.15 di terminal 1, terminal kedatangan penerbangan dari Eropa.

Ketika saya berada di terminal, jam di pergelangan tangan kanan menunjuk ke pukul 14.58. Minggu siang itu terminal 1 cukup ramai. Di depan toko buku WHS, tampak beberapa sopir taksi menenteng beberapa nama yang akan mereka jemput.

Di samping kiri kios pemesanan hotel tampak seorang ibu bersama anak perempuannya yang saya taksir berusia 4 tahun. Tak jauh dari ibu ini berdiri, ada seorang pemuda yang menenteng tak ransel warna hitam. Sebentar-sebentar ia melihat jam. Ia seperti tak sabar.

Ada juga dua gadis yang berbicara lirih di belakang saya. Sesekali terdengar tawa bersama. Saya sendiri bersandar di dekat telepon umum.

Dari pintu besar yang terletak sekitar 10 meter di depan saya, satu per satu penumpang mulai muncul. Wajah mereka menengok kiri-kanan. Mungkin mereka mencari seseorang. Dan begitu terlihat orang yang mereka cari, wajah mereka langsung berubah, mata berbinar, dan senyum mengembang.

Seorang bapak muda yang agaknya lama berpisah dengan keluarga, langsung merangkul anak kecil berusia 4 tahunan. Tak lama kemudian ia menghadiahkan ciuman sayang di pipi bocah berambut coklat itu. Saya melihat dari jauh. Tapi saya bisa merasakan rasa rindunya seakan tertumpah.

Mata saya berpindah dan dari pintu besar muncul seseorang. Ia melambaikan tangan. Teman saya sudah datang.

Friday, May 21, 2004

(Tidak menemukan judul yang pas. Ada ide?)

Saya ternyata tidak sendirian. Saya coba membuka blog teman baik saya. E ternyata blognya tertanggal 4 April. Sementara saya terakhir kali mem-posting tulisan tanggal 26 April.

Memang ada kalanya saya malas menulis. Padahal banyak bahan yang semestinya bisa ditulis. Tentang Kirana misalnya. Beberapa hari lalu, teman baik saya berkunjung dan ia langsung mengatakan, "Wah Kirana tambah besar ya..."

Mungkin karena ia tidak bersama Kirana setiap hari, ia bisa merasakan perbedaan Kirana dua bulan lalu dan Kirana sekarang. Saya dan mummy-nya baru sadar Kirana tumbuh dan membesar ketika ia memakai pakaian yang lama tidak ia pakai. Celana panjangpun bisa menjadi celana pendek.

Atau tentang musim panas yang agaknya masih malu-malu datang. Dua pekan lalu suhu lumayan hangat namun beberapa hari kemudian dingin lagi. Beberapa hari lalu suhu sempat nangkring di kisaran 20 derajat. Tapi dua hari ini hujan terus.

Atau tentang kampung halaman saya di Welahan sana. Saya tak tahu persis mengapa wajah kampung saya, yang bernama Welahan di kabupaten Jepara, dalam dua hari ini tampak di depan mata.

Rumah orang tua saya di kampung itu terletak di tepi sungai. Di halaman rumah terdapat beberapa pohon belimbing dan jambu air. Di halaman rumah itu, dulu ketika kecil saya bermain bola dan bulutangkis.

Di belakang rumah terdapat beberapa rumpun bambu. Di bulan-bulan seperti ini, bambu meranggas dan menggugurkan daun-daun. Ibu saya biasanya mengumpulkan daun-daun ini untuk pengganti kayu bakar. Waktu berlalu dan daun bambu kering terganti kompor minyak.

Duduk di bawah bambu juga sangat nyaman. Di musim kemarau, semilir angin di antara batang-batang bambu adalah pendingin alami.

Saya juga ingin menul... "Nah gitu dong. Blognya diisi," kata istri saya. "Masak dari dulu isinya Leicester melulu..."